Martabat
M.A.R.T.A.B.A.T.
“Jika seseorang ingin tahu bagaimana kedudukannya di sisi Allah, maka lihatlah kedudukan Allah dalam hatinya. Sesungguhnya Allah mendudukkan hamba di sisi-Nya sebagaimana hamba itu memosisikan Allah dalam hatinya.” (Syarah Aqidah Thahawiyah Muhammad Ibnu Abil’iz Al Hanafi, hal. 372 / atsar-dhaif).
Kita sulit menakar isi hati karena tak kasat mata. Tapi indikasi aroma hati dapat diendus dari perilaku dan tutur kata. Bisa saja seseorang mengaku dekat dengan Allah Ta’ala, atau bahkan mengaku salah satu wali-Nya. Namun, ketika syariat Allah dipunggunginya, maka klaimnya tak lebih dari sekadar dusta.
Bagaimana mungkin seseorang mengaku kekasih-Nya, ketika dia buta akan perintah dan larangan-Nya? Bagaimana mungkin seseorang mengaku selalu mendapat ilham-Nya, sedang Allah seru dia lima kali sehari tapi tak pernah memenuhinya?
Tak usahlah bicara tinggi mengangkasa. Apalagi mengkritik agama dan menilai kapasitas ulama. Cukup ambil cermin dan berkaca: apakah masih cukup sadar bahwa diri hanya seorang hamba di hadapan Allah Ta’ala? Seberapa besar kadar ketundukan diri di hadapan-Nya? Seberapa penting Allah baginya?
Jika diri masih memosisikan Allah jauh di bawah peringkat harta dunia, mengingat Allah hanya sekali-kali saja, mari sudahi banyak bicara, lalu bersegera tobat nashuha. Mumpung hayat masih dikandung raga.
.
.
.
#abunnada
#mawasdiri
#renewingbukuSEJENAKJEDA