Sukses

S.U.K.S.E.S.


Konon, sukses itu kalau kita bisa upgrade gadget sewaktu-waktu. Bisa gonta-ganti mobil keluaran terbaru. Rumah yang nyaman dan serba beres di tangan pembantu. Bebas piknik ke luar negeri, mengunjungi tempat-tempat baru. Tabungan pendidikan, asuransi kesehatan, dan jaminan hari tua semua punya cadangan dana satu-satu.


Konon, sukses itu jika masyarakat memandang kagum dan menghormati. Setiap omongan kita disimak dan dihargai. Orang mengiyakan saja segala apa yang kita maui. Entah karena wibawa atau uang, tak peduli.


Tolok ukur paling mudah melihat kesuksesan seseorang adalah dengan memandang warna-warni dekorasi duniawi yang dia miliki. Begitulah selama ini kita diajari. Barangkali, karena itulah, banyak orang berlomba membangun citra diri dengan pamer penampilan, kendaraan, dan rumah, meski semua itu dibeli dengan berhutang ke sana kemari, dari sumber ribawi. Dia ingin dipandang sebagai orang yang sukses dan dihormati.


Akan tetapi, benarkah itu sukses yang sejati? Dalam hal ini, orang beriman punya standar sendiri. Sukses tak semata dilihat dari berlimpahnya pundi-pundi duniawi. Apalagi, jika ternyata kekayaan itu didapat dari patgulipat dan korupsi.


Dalam hal harta benda, sukses yang sebenarnya adalah ketika kelak dapat menjawab dengan selamat pertanyaan Allah Ta’ala tentang cara kita mendapatkan harta serta bagaimana membelanjakannya. Sedangkan puncak kesuksesan adalah ketika kita selamat melewati shirat, lalu masuk dalam surga Allah dengan aman sentosa.

.

.

.

IG: @abun_nada 

#abunnada

#mawasdiri

#renewingbukuSEJENAKJEDA